Sebuah restoran di Jalan Pakubuwono VI memberikan nuansa yang berbeda dengan desain industrial dan ambience dari karakter Jepang yang khas. Jangan salah, menu yang dihidangkan bukan Japanese food, melainkan Italian food sebagai menu andalan dengan citarasa terbaik dari tangan chef profesional.
Adalah Bastian Muntu, seorang chef yang telah berkarier belasan tahun di berbagai negara dan berada di balik Savior Pakubuwono. Bersama 4 orang rekannya, Chef Bastian Muntu mewujudkan mimpi untuk menjadi “penyelamat” bagi mereka yang mulai bosan dengan suasana dan menu makan yang itu-itu saja.
13 Tahun Berkarier di Berbagai Negara
Setelah menyelesaikan Diploma III di NHI atau yang kini dikenal sebagai STPB (Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung), Bastian Muntu memulai karier dengan menjadi chef di beberapa hotel di Jakarta dan Bandung. Setahun setelahnya, Bastian mendapatkan berbagai tawaran menarik untuk bekerja sebagai chef profesional di Dubai. Selama 13 tahun, berbagai negara dijelajahinya melalui profesi sebagai chef profesional, mulai dari Dubai, Karibia, Angola, hingga Tokyo.
“Pengalaman saya bisa dibilang sudah komplit, mulai dari restoran, hotel, resort, royal family, kadang-kadang di yacht pribadi punya royal family juga, kecuali di Kapal. Memang saya nggak suka di kapal karena rutinitasnya itu-itu saja, nggak ada tantangan,” terang Chef Bastian Muntu.
Setelah puas berkarir di berbagai negara, Chef Bastian Muntu akhirnya kembali ke Indonesia untuk mengambil tawaran di Raffles Hotel Kuningan. Tak berhenti sampai di situ, Chef Bastian kembali mendapat tawaran di professional kitchen Asian Games. Dari sekian banyak pengalaman karir di berbagai negara, Chef Bastian mengaku pengalaman menjadi chef Asian Games 2018 merupakan yang paling membanggakan baginya.
“Di Asian Games terus terang saya bangga, karena di situ saya bisa memberikan kontribusi untuk negara,” ungkapnya.
Setelah menyelesaikan project Asian Games, barulah Chef Bastian Muntu bekerja sama dengan 4 orang rekannya yang sama-sama baru pulang berkarier di luar negeri kemudian mendirikan Savior of Pakubuwono.
Filosofi di Balik Nama Savior of Pakubuwono
Nama Savior mulanya diambil dari kata Savour yang berasal dari bahasa Latin dan memiliki arti “rasa.” Dari kata Savour kemudian bergeser menjadi Savior dengan harapan dapat menjadi “penyelamat” bagi mereka yang mulai bosan dengan suasana dan menu makanan yang itu-itu saja. Selain filosofi tersebut, ternyata ada suatu ketidaksengajaan yang menjadikan nama Savior sangat merepresentasikan restoran ini, lho!
“Dalam kata Savior, ada huruf VI yang dalam angka romawi berarti angka 6. Nah, ini mencerminkan lokasi kita berada di Jalan Pakubuwono 6. Huruf V dan I kalau dipisah juga berarti angka 5 dan 1, alamat kita itu tepatnya Jalan Pakubuwono 6 nomor 51, jadi pas banget!” terang Chef Bastian. Itulah alasan huruf VI kemudian menjadi logo dari restoran ini.
Menu Italian Food dengan Karakter Khas Jepang
Meski hadir dengan nuansa Jepang, Savior of Pakubuwono hadir dengan menu utama Italian food, terutama pasta sebagai menu andalan. Menurut Chef Bastian, Italian food merupakan comfort food yang paling cocok untuk semua orang dari berbagai gender dan usia. “Kalau ngikutin ego saya, bisa saja saya bikin molekular gastronomi atau fine dining seperti waktu saya bekerja di luar negeri. Tapi pertanyaannya, berapa banyak orang yang akan makan makanan yang sama dalam sebulan? Kalau pasta itu seperti mie yang orang nggak bosan untuk makan terus. Lagipula, saya suka Italian food,” tuturnya.
Selain Italian food, Chef Bastian juga mengkombinasikan menu di Savior of Pakubuwono dengan steak dan seafood, kalau-kalau pelanggan mulai bosan dengan menu pasta. Bahan baku untuk steak sendiri di-import langsung dari Australia dan Jepang. Sedangkan untuk seafood, Chef Bastian belanja sendiri seminggu sekali di Pasar Muara Angke, yang menurutnya punya banyak pilihan seafood segar dan berkualitas.
“Kenapa harus dikemas dengan karakter Jepang? Pertama, karena kebanyakan penghuni apartemen di Pakubuwono ini berasal dari Jepang. Umumnya orang Jepang, ‘kan, nggak bisa berbahasa Inggris, itulah kenapa bahasa Jepang juga menjadi second language untuk nama menu di restoran ini,” jelas Chef Bastian Muntu.
Selain menggunakan bahasa Jepang untuk penamaan menu, Savior of Pakubuwono juga mengadaptasi service ala Jepang yang terkenal dengan keramahtamahan, kerapian dan kebersihannya yang patut untuk ditiru. Nuansa minimalis yang menjadi ciri khas Jepang juga terlihat kental di restoran ini.
Dengan perpaduan yang apik tersebut, Savior of Pakubuwono menawarkan suasana tempat makan yang asyik, nyaman dan berkelas. Melalui Savior of Pakubuwono, Chef Bastian juga berharap dapat memajukan dunia kuliner Indonesia dengan mengincar penghargaan Star Cellar Door Award.
“Soalnya, di Indonesia belum ada restoran yang mendapatkan award itu. Mudah-mudahan Savior bisa jadi yang pertama,” ungkapnya.
Tips untuk Chef Pemula
Perjalanan karier yang panjang di berbagai negara tentunya memberikan Chef Bastian Muntu pengalaman yang nggak ternilai harganya. Buat Urbaners yang juga ingin menempuh karier di bidang yang sama, tips dari Chef Bastian Muntu hanya satu, yaitu jangan setengah-setengah!
“Sekolah di perhotelan itu ibaratnya kita dididik menjadi pelayan. Kalau jadi chef seperti saya, ya melayani orang dengan menyajikan makanan. Nah, kalau sudah sekolah pelayan, maka jadilah pelayan yang total agar bisa membuahkan hasil yang maksimal juga. Kalau total di bidang ini, hasilnya juga nggak akan tanggung-tanggung, lho!” tuturnya.
Jadi, sudah siap untuk totalitas di bidang pelayanan seperti Chef Bastian?
Comments