Nama Edi Bonetski sebagai seorang seniman mungkin belum sering terdengar di telinga lo, Urbaners. Tapi siapa sangka, pria nyentrik kelahiran tahun 1970 ini memiliki segudang prestasi yang patut diacungi jempol lho. Cek di sini perjalanan seninya dan be inspired, Urbaners!
Latar Belakang Project Mural Cikini
Pada tanggal 16-24 Agustus yang lalu, Dinas Pariwisata Jakarta mengadakan kegiatan Project Mural Cikini yang dilaksanakan di Tembok Taman, Plaza Teater Besar, Taman Ismail Marzuki. Taman Ismail Marzuki (TIM) yang terletak di daerah Cikini adalah salah satu pusat kesenian di Jakarta yang merangkap juga sebagai tempat rekreasi visual. Hal itu dikarenakan TIM sering menjadi sarana terjalinnya interaksi antara estetika mural dengan publik dari segala usia dan kalangan.
Sebagai suatu wadah seni kreatif, TIM dirasa cocok menjadi tempat berlangsungnya Project Mural Cikini pada tahun ini. Project ini diikuti oleh 4 seniman berbakat ibu kota, salah satu dari empat seniman itu adalah seniman nyentrik asal Tangerang, yaitu Edi Bonetski.
Awal Mula Menjadi Pemural
Edi Bonetski atau yang memiliki nama asli Herdy Aswarudi adalah seorang seniman yang ahli dalam seni lukis, musik, dan patung. Nama Bonetski ia peroleh dari temannya yang juga seorang pengamat budaya, yaitu JJ Rizal. Uniknya, nama Bonetski ternyata adalah kependekan dari kebiasaan Edi yang suka berkegiatan di kebon karet seberang stasiun kereta api UI, Urbaners!
Walaupun darah seni sudah sedari dulu mengalir dalam diri Edi dari sang ayah, ternyata seniman asal Tangerang ini nggak begitu saja terjun ke dunia seni, lho. Awalnya, ia hanya senang bermain dengan berbagai jenis medium yang ia temui. Proses itu Edi namakan #olahOrganismeVisual. Kemampuan mengolah sesuatu menjadi karya seni itu didapatkannya dari belajar secara otodidak tanpa melalui sekolah atau akademi seni. "Konsep dari #olahOrganismeVisual sangat sederhana, yaitu ‘memainkan’ apapun dengan adanya kesadaran ruang," kata Edi. Dari konsep itulah, muncul lukisan dan mural warna-warni yang menjadi ciri khas Edi Bonetski.
Interaksi Seni Masyarakat dengan Seni Mural
Dalam rangka menata keindahan ruang publik, dibuatlah Project Mural Cikini sebagai sarana interaksi visual masyarakat dengan karya seni. “Project Mural Cikini adalah media pembelajaran atau ‘pengkayaan’ batin untuk organ tubuh saya. Mural itu ibarat perayaan kegembiraan dan kebahagiaan buat saya sendiri dan khalayak publik.” tutur Edi.
Oleh karena itu, pembuatan mural di Mural Cikini ia lakukan secara on the spot. Dengan memperlihatkan proses membuat mural kepada publik, maka masyarakat bisa berinteraksi dengannya secara langsung. “Dalam proses pembuatan mural, bahkan nggak jarang mereka mempertanyakan geliat yang saya lakukan. Ada juga yang langsung mau swafoto untuk bermedsos ria,” katanya sambil tergelak.
Terinspirasi dari Kota Jakarta
Bagi Edi, seni adalah luapan kegelisahannya atas problematika sosial yang kemudian ditumpahkannya ke dalam seni visual. Salah satu isu yang sering ia angkat untuk membuat karya baru adalah kota Jakarta. Potret atau perkara-perkara Jakarta dengan segala kemajemukannya menjadi referensi utama Edi ketika melukis.
Lalu apa sih tema mural yang diangkat di Project Mural Cikini? "Tema mural saya adalah ‘Jakarta Metro Slowly’, yaitu potret kota Jakarta yang riuh raya dalam kegombalan yang orisinil. Meski demikian, semua kemacetan, kepongahan dan ketimpangan di Jakarta harus dirayakan dengan kegembiraan! Di Jakarta Metro Slowly, isu-isu sejarah seperti perihal investasi kebun binatang Raden Saleh Sjarif Boestaman sampai makna proklamasi di jalan Pegangsaan 56 dipertanyakan," ucap Edi.
Nggak hanya mendapat inspirasi dari hiruk-pikuk Jakarta, tapi Edi juga mendapat banyak referensi dari Tino Sidin, Bung Tomo hingga Ismail Marzuki yang menorehkan lirik-lirik puitis ke dalam lagu kebangsaan.
Ciri Khas #bonetskiCode
Tiap seniman pasti memiliki gaya dan preferensi seni yang berbeda-beda. Edi pun sebagai seorang seniman memiliki ciri khas yang membedakan karyanya dengan karya seniman lain. Ia sering menyebut karya seninya sebagai #bonetskiCode.
“Saya menafsirkan keseharian dan peristiwa yang saya lalui melalui visual dan audio secara intuitif dan spontan, sehingga jadilah sebuah karya seni!” kata Edi. Ketika sedang membuat mural, Edi memakai lebih dari satu media untuk menyempurnakan karyanya, seperti cat akrilik, cat semprot dan beberapa kolase potongan kertas.
Tips Untuk Calon Seniman
Buat lo yang ingin jadi seniman tapi masih bingung dan ragu-ragu, just do what you love and love what you do! "Bagi para calon seniman, tipsnya adalah selalu gembira. Everyday is happy birthday! Belajarlah dari semua manusia, membaca ruang hidup, mengkaji ruang mati, dan yang lebih penting yaitu mengolah jiwa dan raga,” kata Edi.
Memahami karya seni Edi memang nggak mudah. Salah satu alasannya adalah karena Edi sering menggunakan simbol-simbol dalam lukisannya yang bebas untuk kita interpretasikan. Bagi mereka yang tidak memiliki asosiasi dengan simbol-simbol tersebut, mungkin akan menganggap karyanya hanya sebagai goresan cat aneka warna yang mencolok saja. Namun, yang harus kita pahami adalah bahwa suatu lukisan adalah ekspresi diri dan emosi dari Edi sebagai seorang seniman. Oleh karena itu, kita butuh pendekatan lebih mendalam untuk memaknai dan memahami makna dari karya-karya seni Edi Bonetski.
Comments